foto : youtube.com |
Lokasi : Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Google Maps : Klik disini
Buka/Tutup : -
Harga Tiket masuk : -
Rumah Betang Ensaid Panjang
Rumah Betang Ensaid Panjang adalah salah satu tempat wisata di Kalimantan Barat yang banyak dikunjungi wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal saja, akan tetapi juga wisatawan mancanegara.
Hal ini dikarenakan tempat wisata Rumah Betang di Desa Ensaid Panjang ini memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang membuat siapa saja merasa penasaran untuk mengunjunginya.
Daya Tarik Wisata
Rumah adat yang satu ini berdiri kokoh dengan arsitektur yang sederhana. Bahkan corak yang ditampilkan terkesan natural. Tak mengherankan karena hampir semua bahan bangunannya yang digunakan berasal dari alam.
Hal inilah yang membuat Rumah Betang Ensaid Panjang sangat mencuri perhatian. Rumah betang ini sendiri ditinggali oleh 88 orang yang berasal dari 22 keluarga.
Mengenai ukurannya, rumah ini berukuran 118 meter x 17 meter dengan tinggi sekitar 12 meter. Sementara jarak antara lantai kayu dari tanahnya sekitar 2 meter.
Dilihat dari arsitekturnya, rumah ini memiliki tiang utama yang dibuat dari kayu ulin ataupun belian gelondongan yang umurnya sudah lebih dari 100 tahun.
Hal serupa juga didapatkan dari beberapa tiang penyangganya. Rumah adat Dayak yang satu ini juga terdiri dari beberapa bagian. Dimana bagian depannya disebut ruai, bagian kedua dinamakan ruang pribadi, bilik serambi dan masih banyak lainnya.
Sesuai dengan penjelasan Kepala Dusun Rentap Selatan, Sembai, rumah ini sudah berulang kali dipindahkan sekitar 100 meter yang diukur dari tempatnya semula pada tahun 1981.
Rumah ini pun bisa ditempati pada tahun 1986. Dengan nilai sejarah dan adat budaya, akan terasa sangat sayang jika berada di Kalimantan Barat tanpa mengunjungi rumah adat Dayak yang satu ini.
Sejarah
Diketahui bahwa warga lokal masih bertahan menempati rumah adat ini dikarenakan ingin melestarikan warisan nenek moyang. Warga setempat ingin menjaga warisan peradaban.
Tak hanya itu, warga lokal juga ingin menjaga semangat gotong royong dan kebersamaan. Perlu diketahui bahwa mulanya rumah ini dihadirkan untuk menyesuaikan kebiasaan perang suku.
Agar suasananya lebih aman, warga yang datang dari satu komunitas dalam subsuku tinggal di satu tempat yang sama. Hal tersebut dilakukan demi menjaga keselamatan sukunya.
Dimana tradisi perang suku ini dihujani dengan peristiwa memenggal kepala musuh atau pengayauan. Tradisi ini untungnya sudah diakhiri lewat Perjanjian Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah, pada tahun 1894. Perjanjian tersebut pun diketahui dihadiri oleh semua subsuku Dayak yang ada di Kalimantan.
0 komentar
Posting Komentar